top of page
Rilisan Terbaru: Blog2
  • Writer's pictureKidriz1412

Ichirou Chapter 1 Part 1

Updated: Nov 11, 2018


Cara Tepat Untuk Menjadi Peran Teman



Untuk mengulangi apa yang aku katakan tadi, namaku adalah Kobayashi Ichirou


Bahkan walaupun ini apa yang aku proklamirkan sendiri, nama tersebut sangatlah umum. Terlalu umum sampai susah untuk diingat. Jaman sekarang, orang-orang bisa mempunyai suatu nama unik. Tentunya, alasan untuk namaku karena aku adalah anak tertua.


Aku adalah siswa tahun kedua di SMA Oumei.


Sekolah tersebut adalah sekolah yang biasa-biasa saja. Tidak ada siswa yang mempunyai talenta luar biasa ataupun siswa yang benar-benar buruk. Juga, tidak ada klub yang ikut berkompetisi dalam skala nasional.


Aku sendiri tidak mempunyai karakteristik istimewa yang bisa dibanggakan. Badanku sedengan dan mungkin tampangku juga biasa. Sudah pasti, aku adalah inkarnasi dari “siswa SMA yang kau bisa cari dimana saja.”


…Sebagai perbandingan saja, jika aku adalah seorang penulis novel, aku akan membuat seseorang seperti aku sebagai karakter figuran.


Jika aku terlibat dalam cerita utama, aku pasti akan segera dimakan oleh keanehan itu. Menjadi korban kemalangan adalah fungsi satu-satunya untuk karakter sepertiku.


Orang seperti aku, bagaimanapun juga itulah tingkatan keberadaanku… aku sudah menyadarinya sedari dulu. Aku telah sadar diri sejak aku sadar akan apa yang terjadi di sekitarku.


Namun, bisa dibilang aku mempunyai satu bakat spesial.


Yaitu“bakat untuk mendukung.”


Bahkan walaupun mustahil bagiku untuk menonjolkan diri, aku bisa membuat orang lain untuk menonjol. Untuk menaikkan, menyinari, mempromosikan – Itulah bakat yang aku punya.


Dan sekarang, dengan sedikit keberuntungan, aku berhasil mendapatkan posisi terbaik sebagai “teman protagonist.”


Aku dipercayai dengan tugas penting dengan menjadi karakter pendukung yang bisa mendemonstrasikan secara penuh apa artinya untuk menjadi sampingan.


Tidak pernah sekalipun aku ingin menjadi seorang “protagonist.”


Sebagai anak kecil, aku hanya peduli dengan ranger merah di acara power ranger. Bagaimanapun juga, aku memandang rendah warna lainnya.


Sebuah kesempatan untukku sadar akan “peran pendukung”ku muncul di TK, saat kita sedang melakukan sebuah pertunjukan drama. Waktu itu, aku sedang memainkan peran sebagai binatang yang menemani Momotarou. Namun, peranku bukanlah sebagai monyet, burung pegar, maupun anjing, namun sebagai kadal berleher jumbai. Terlalu banyak anak-anak untuk diberi peran yang biasanya, jadi kita harus menambahkan beberapa karakter original. Kalau tidak salah juga ada rakun, anjing laut, dan alpaca. Juga dengan mempertimbangkan perasaan orangtua, kita menetapkan untuk tidak menyebut diri sebagai pembantu Momotarou, namun sebagai “temannya.”


(Aku juga ingin memainkan Momotarou… namun wajahku biasa saja.)


Walaupun aku mempunyai pemikiran seperti itu, aku tetap memainkan peranku sebagai kadal berleher jumbai. Pada akhirnya, aku melindungi teman dekatku, Momotarou, dari serangan setan dan menjadi satu-satunya rekan yang mati di klimak cerita.


“Jangan menangis Momotarou… ada hal yang masih harus kau lakukan…”


Dengan berkata demikian, aku mati sebagai kadal berleher jumbai. Tentu saja, perkembangan tersebut tidak ada di dalam naskah, namun aku ingin memeriahkan klimak cerita dengan caraku sendiri.


Setelah drama tersebut selesai, guruku menangis. Guruku memberi pujian dengan berkata “Ichirou, kadal berjumbaimu sangatlah bagus. Kau membuat Momotarou yang dimainkan Takashi benar-benar terlihat seperti pahlawan.” Orang tuaku juga memujiku.


Pada saat itu, terdapat sensasi kepuasan yang tidak bisa aku jelaskan, sebuah perasaan gembira, sensasi kepuasan──


Sudah pasti, itulah awal dari Kobayashi Ichirou yang sekarang.


Sejak saat itu, ketika melihat power ranger, aku lebih peduli pada ranger hijau daripada ranger merah. Dia bukanlah bagian dari cerita utama, namun ranger hijau yang merupakan pendamping, sekarang selalu berada di benakku.

Selanjutnya, aku mulai memperhatikan karakter yang bukan anggota atau bahkan bagian dari ranger. Seorang dokter, seketaris, ayah, dan seterusnya.

Mereka kadang-kadang muncul, dan sosok diriku sebagai seorang anak kecil terus melihat mereka dengan penuh semangat. Namun, tidak ada orang yang paham akan perasaanku ini.


Semuanya hanya peduli dengan karakter utama… aku bahkan ingat ibuku berkata “tidak ada sosok vinyl dari ayah.” (TN : “There’s no vinyl figure of the father.” Nggak paham maknanya haha)


Bahkan ketika aku melihat acara hero di musim panas kelas duaku, hanya terdapat anggota dari power ranger. Mereka yang seumuran denganku,yang merasa gembira, tidak memahami diriku. (TN: di jepang kadang ada acara live action super hero di mall untuk anak kecil.)


(Semuanya memandang remeh karakter pendukung. Cerita tidak hanya berputar mengitari karakter utama. Banyak karakter yang berada di dunia itu…)


Ketidakpuasan itu terus tumbuh sampai aku kelas lima, dan pemikiranku berubah menjadi tindakan.


Di dalam kelas, aku menjadi semakin tidak dikenal dan memutuskan untuk membuat orang lain bersinar.


Daya tarik protagonist bisa tumbuh tergantung dengan teman dan sub-karakter… aku melakukan beberapa eksperimen dan observasi untuk mengkonfirmasi pemikiranku.


Untuk memulai, aku memperhatikan siswa pindahan, Ishida. Dia adalah anak yang suka sepakbola dari Okinawa yang susah untuk bersosialisasi dengan kelasnya karena sifatnya yang pemalu. Ketika istirahat, dia selalu sendirian di pojok taman bermain dan bermain bola sendirian, memantulkan bola tersebut dengan kakinya.


Aku terus memantaunya saat istirahat dan aku lalu mencoba untuk menghampirinya.


“Ishida! Jangan hanya memantulkan bola saja, latih juga tendanganmu!”

Ishida kaget dengan salam tiba-tiba tersebut.


“K, Kobayashi…?”


“Kamu adalah seorang protagonist, mungkin sebagai penyerang jagoan! Ayolah, tendang! Aku akan menjadi kiper”


“Kobayashi, apa kamu juga tertarik dengan sepak bola juga?”


“Tidak sama sekali! Jika mau, kita bisa main ping pong!”


Sejak saat itu, aku adalah teman dan pelatih Ishida yang saat itu bingung.

Sepertinya dia mempunyai bakat sebagai penyerang, dan Ishida berkembang dengan sangat cepat. Dengan kekuatannya dalam menembus pertahanan, dia mampu bersaing dengan ace tim, dan menerjang perlawanan dengan tangkas.

Sementara itu, aku dengan rajin membiasakan kelasku dengan sepakbola dan mengatur jadwal pertandingan sepakbola ketika waktu istirahat tiba. Aku berhasil menyakinkan guruku untuk mengubah turnamen bola dari basket ke sepak bola.


Sementara Ishida, dia sudah tidak menyembunyikan ciri khas Okinawanya dan dengan bebas menunjukannya. Slogannya adalah “Entah bagaimana caranya, kita harus bisa.” dan dia menamakan tendangannya “Chinsuko bazooka” (TN : nama tendangannya berasal dari asal usulnya yang berasal dari Okinawa dan chinsuko yang merupakan manisan dari Okinawa)


“Hei, Kobayashi. Apakah perlu bagiku untuk menamakan tendanganku…”


“Bodoh! Kamu harus membuat karaktermu unik! Jika kamu akan hal ini, aku ingin kamu untuk selalu mengunyah daun tebu!”


“A, aku tidak mau!”


Berkat aku yang mempromosikannya, Ishida menjadi ketua dari kelasnya tanpa disadari. Aku juga tahu kalau ada enam gadis yang naksir degnannya.

Bocah yang dulunya tidak ada yang kenal saat SD itu, sekarang adalah “Soccer Ishida dari Okinawa”… ekperimenku sukses besar.


“Kobayashi, kenapa kamu sampai sejauh ini mendukungku?”


“Karena aku hanyalah karakter sampingan. Tidak seperti kamu, aku hanyalah orang normal yang tidak mempunyai ciri khusus.”


“Prestasiku semuanya karena bantuanmu Kobayashi… aku sangat menghargai itu Kobayashi. Jika bukan karenamu, aku akan terus sendiri selamanya──”


Setelah itu, Ishida yang rendah hati itu sekali lagi pindah sebelum kita selesai lulus SD.


Dari suratnya, dia berhasil lulus seleksi masuk dan memasuki klub tim. Sepertinya dia masih belum menemui orang yang bisa mewarnai hidupnya melebihi diriku.


(Sepertinya aku memang benar-benar mempunyai bakat mendukung. Dan juga, menjadi peran pendukung itu menyenangkan… Aku ingin mendukung lebih banyak karakter lagi!)


Aku, dengan semangat, memperluas jangkauan aktivitasku semenjak aku masuk SMP.


Pernah, untuk membantu Yamashita yang sedang jatuh cinta, aku melibatkan diriku dengan gadis lain. Aku mendekatinya dan berkata “Hai cewek, jangan khawatir, yuk aku temani”, lalu Yamashita datang berlari untuk

menyelamatkannya. Keduanya sekarang telah menjadi pasangan.


Yamashita sangat terkesan dan berkata “Kobayashi, aktingmu menjadi preman benar benar hebat.”


Aku juga membuat Watanabe, seorang preman sekolah, menjadi boss sekolah. Aku mengalahkan musuh yang terlalu kuat untuknya kalahkan dan membiarkan Watanabe untuk mengambil reputasinya.


Watanabe agak ketakutan dan berkata “Kobayashi… aku merasa kalau aku tidak akan pernah bisa menang melawanmu sepanjang hidupku.”


Aku juga membuat ketua OSIS saat itu, Sekiguchi, menjadi top scorer di sekolah. Aku menemani dan mengajarinya tentang apa yang perlu kita pelajari, dan dia mendapatkan nilai penuh pada semua mata pelajaran yang ada. Tentu saja, tidak bagus bagi seorang protagonist untuk curang.


Sekiguchi mengeluh sambil berkata “Kobayashi… bagaimana kamu bisa lebih baik dalam belajar daripada aku…”


Dengan itu, aku memainkan berbagai macam peran teman dan menghasilkan banyak “karakter seperti ranger merah.” Karena itu, jumlah temanku pun terus bertambah.


Namun──jauh di dalam lubuk hatiku, aku masih merasa frustrasi.


(Bukan ini yang aku mau. Mereka bukanlah yang ditakdirkan. Aku ingin mendukung seseorang yang benar benar seorang protagonist. Orang yang bahkan alam semesta berputar pada dirinya, seorang pahlawan sejati. Dimana ya mereka berada? Aku ingin protagonist yang ideal, protagonist di antara semua protagonist.”)


Aku lulus SMP dengan rasa frustasi itu, dan di hari pertamaku masuk SMA Oumei.


Aku menemuinya.


Kalau tidak salah sudah setahun lalu sejak aku menemuinya. Pada saat upacara penyambutan siswa baru telah selesai, dan pada saat aku memasuki kelas.


──Dengan satu tatapan saja, aku tahu kalau dia bukanlah orang biasa.


Diantara teman sekelasku yang sedang bersenda gurau dan bermain, dia disana, berdiri sendiri di samping jendela. Hawa udara disekitarnya jelas tampak berbeda dibandingkan orang-orang di latar belakang.


(Hei, orang ini… bukankah dia sedikit mirip dengan bintang idola?)


Bagian depan dan belakang rambutnya berkibar terkena angin. Walaupun dia mempunyai tubuh yang ramping, dia mengeluarkan sedikit aura yang agung. Bahkan tas sekolah yang dia taruh di sebelah kakinya terlihat istimewa.

Sembari mengeluarkan semacam “aura spesial”, dia bersandar pada jendela dan menatap ke luar.


Walaupun terlihat tenang, matanya menyimpan suatu cahaya kuat di dalamnya. Seolah-olah matanya memberikan kesan karakter kuat yang mampu menghadapi segalanya tanpa ragu.”


(Aku mengerti. Orang ini jelas ranger merah sungguhan. Tidak, dia sudah berada di tingkatan scarlet atau crimson. Siapa kamu? Darimana asalmu?


Mengetahui itu, aku langsung menuju kepadanya tanpa bahkan mengecek tempat dudukku.


Aku ingin tahu lebih banyak tentang dia. Aku ingin tahu secara detail setting karakternya… darah pendukungku membuatku melupakan segalanya.

“Halo, apakah kamu siswa kelas ini?”


Sementara ini, aku memutuskan untuk mencoba mengutarakan kata-kata tersebut. Walaupun begitu, apapun bisa untuk memberikan salam.


“Yah, syukurlah bukan hanya aku yang tidak mempunyai kenalan siapa-siapa di sini. Senang bertemu denganmu.”


Walaupun aku berkata demikian, dia hanya melirikku sekilas dan segera kembali menatap ke luar. Dia sepertinya bertingkah aneh. Yah, aku terbiasa dengan tipe orang seperti ini.


“Namaku Kobayashi, Kobayashi Ichirou. Dan kamu?”


“…Hinomori Ryuuga.”


Itu adalah kejutan pertamaku.


“H, Hinomori…Ryuuga?”


Pada saat ini, terdapat jarak seperti bumi dan surga diantara namaku, “Kobayashi ichirou,” dan namanya. Aku mempunyai “kayu” dalam namaku sementara dia mempunyai “hutan.” Dia mempunyai lebih banyak pohon. Sepertinya tidak ada petunjuk tentang asal usul namanya.

(TLN: Kobayashi dan Hinomori sama sama mempunyai karakter kanji yang berhubungan dengan pohon. Nama Kobayashi mengandung karakter “林” sementara Hinomori mengandung karakter “森”. Karakter kanji untuk ‘pohon’ adalah “木”; perhatikan bagaimana karakter Hinomori mengandung lebih banyak pohon di karakter kanjinya.)


Aku tidak pernah menemui seseorang dengan yang mempunyai nama layaknya seorang protagonist seperti ini sebelumnya.


“O, oh, itu benar-benar nama yang keren. Seperti sesuatu yang muncul di anime atau light novel.”


“Aku tidak terlalu menyukai nama itu.”


“Huh? Kenapa?”


“Aku merasa… kalau itu adalah nama yang akan mengekangmu pada nasib sampai kau mati nantinya.”


──Oh. Oh-hoh.


“Bukankah itu tidak apa-apa? Bukankah itu seperti seorang protagonist?

Mungkin dia ini orangnya. Orang inilah yang mungkin aku cari selama ini!

“Yah, kita akan bersama setahun ini, jadi mari kita berteman Hinomori. Ah, apakah tidak apa apa jika aku memanggilmu Ryuga?”


“Aku tidak terlalu mempermasalahkannya…. Namun biarkan aku memperingatkanmu.”


“Hmm?”


“Akan lebih jika kamu tidak terlalu ikut campur denganku terlalu banyak. Ini untuk kebaikanmu sendiri, oke?”


“……”


Biasanya, orang akan berpikir ‘Apaan sih?’, namun hatiku melonjak tinggi. Kalimat itu mendapatkan nilai penuh.


──Keren! Orang ini pastinya seorang protagonist kan?


Lalu wali kelas datang, dan selesailah percakapan pertamaku dengan Ryuuga.

Namun, kejutan keduaku menunggu saat perkenalan diri kelas setelahnya.


“Saya Hinomori Ryuuga. Sebelum ini saya tinggal di suatu tempat terpencil di China karena masalah keluarga.”


Apa-apaan itu!! Masalah macam apa!


Nama yang berbeda, latar belakang misterius ── Aku benar benar terpikat pada Hinomori Ryuuga saat itu, sampai-sampai aku tidak ingat perkenalan diri macam apa yang aku sampaikan pada saat itu.


Aku ingin menjadi teman baginya. Aku ingin mengisi peran pendukung untuk orang ini… hanya itu yang ada di benakku.


Ini adalah apa yang aku dengar setelahnya, namun tampaknya aku memperkenalkan diriku sebagai “ Aku adalah teman dekat Ryuuga, Kobayashi.”

Sejak hari itu, aku mengikuti Hinomori Ryuuga.


Pagi hari, jeda kelas, makan siang, setelah sekolah. Aku hanya berbicara denganya sejenak. Karena dia mempunyai aura dingin disekelilingnya, aku memutukan untuk mendekatinya sebagai seorang idiot yang super berisik.


Awalnya, Ryuuga menunjukkan ekspresi kesal, namun setelah beberapa bulan, aku berhasil membuatnya menyangapiku. Secara bertahap, sikapnya melunak, dan dia mulai menunjukan sebuah senyuman.


“Ah hah hah. Bodoh kau Ichirou. Aku tidak sesederhana itu.”


“Siapa yang kau bilang bodoh! Aku serius lho! Toh, aku berhasil membuatmu bicara denganku!”


“Apa yang ingin kau aku ucapkan?


“Jika aku bergumam ‘apa ibukota dari Belgium’, kamu seharusnya berkata ‘Brussels!.’”


“Sama sekali tidak.”


Melihat sifat sejati Ryuuga, dia lebih simple dari yang apa aku duga dan dia ahli dalam memainkan peran pria lurus. Secara bertahap, karakterku mulai mempunyai kompabilitas yang baik dengannya. (TN : Ini tentang rutin komedi duo di jepang. Jadi, di rutin komedi itu, ada pria lurus dan si bego. Ketika si bego berkata sesuatu yang aneh dan komedik, si orang normal akan meluruskan perkataan si bego. Seperti karakter yang mulia dan penasihatnya di benteng takeshi.)


“Omong-omong Ryuga, bagaimana kalau kita ke kolam renang? Ada kolam renang yang cukup besar di kota sebelah.”


“Maaf, tapi aku tidak terlalu suka berenang.”


“Berenang itu hanya alasan! Kita kesana untuk pemandangannya! Apa yang pertama kali ada di benakmu ketika memikirkan kolam renang?”


“Biarkan aku mengakhiri percakapan ini, aku tidak akan membiarkanmu melanjutkan omonganmu.”


──Selisih waktu yang kita habiskan bersama, baik dalam dan luar sekolah bertambah, aku telah mengkonfirmasi kalau ryugga adalah seorang Protagonist. Dan keyakinan itu terus tumbuh dari hari ke hari.


Pertama-pertama, lelaki itu tidak pernah membicarakan masa lalunya.


Ketika ditanya tentang dirinya sebelum SMA, dia selalu menghindari pertanyaan itu sambil berkata “Aku tidak punya cerita menarik untuk diceritakan.” Hanya di anime kau bisa menemukan protagonist seperti itu.


Juga, dia sering ijin untuk keluar kelas.


Dan ketika dia kembali, dia akan terlihat sangat lelah, darah keluar dari mulutnya, kerah dan lengan bajunya sobek, dan seterusnya. Hanya di light novel kau bisa menemukan protagonist semacam ini.


Apalagi, laki-laki ini mempunyai beberapa kemampuan yang luar biasa.

Aku pernah sekali mengintipnya menggunakan aura di tangannya untuk membakar sebuah majalah komik, yang selanjutnya dia terlihat lesu sambil berkata “Aku belum selesai membacanya…” Hanya di manga seperti yang dia baca kau menemukan protagonist seperti itu.


(Itu dia. Orang ini sedang bertarung dengan keanehan yang tersembunyi, seorang pahlawan sejati! Dialah yang aku cari sejak awal, seorang pahlawan sungguhan!)


Aku tidak pernah berpikir keanehan seperti monster itu ada, namun masalah sepele seperti itu tidak layak untuk dikhawatirkan.


Aku akhirnya bertemu dengannya. Oh, bagaimana aku benar benar ingin menjadi satu-satunya orang yang mendukung laki-laki ini! Untuk mendukung orang yang menjadi pusat alam semesta, protagonist di antara semua protagonist.


…Tidak lama, kita memasuki tahun kedua SMA dan kita sekali lagi berada di kelas yang sama. Pada saat itu, Ryuga mengatakan sesuatu.


“Senang rasanya bersama lagi. Ayo kita berbaikan sekali lagi, Ichirou.”


“Huh?”


“Awalnya aku merasa kamu menyebalkan, namun sekarang, kamu adalah seseorang yang sangat berharga bagiku, Ichirou.”


“Ryuga…”


“Hanya ketika aku bersamamu aku bisa melupakan misiku… ah, lupakan apa yang baru saja aku katakan.”


Mendengar kata-kata tersebut, aku merasa sangat senang sekali dan ingin berkata “Kau bisa mengandalkanku!”


Aku telah diterima sebagai karakter teman dari protagonist.


Sejak saat itu, aku bisa berdiri di sampingnya. Aku berhasil melampaui audisi Ryuuga!


Dengan demikian, “kehidupan karakter teman”ku telah sampai pada masa sekarang.


Dia bisa tersenyum padaku sekarang, namun aku tahu kalau tugas Ryuuga jelas sangat sulit. Bagaimanapun juga, dia membawa nasib dunia di pundaknya. Aku khawatir dia akan menjadi botak karena stress.


Aku tidak bisa berbuat banyak karena aku seharusnya tidak tahu apa-apa. Tidak peduli apapun yang terjadi, kapanpun rahasianya terselip, aku tidak mempunyai pilihan selain mengabaikannya.


Tapi itu tidak apa apa. Sejujurnya, aku tidak terlalu tertarik pada Ryuuga yang berada di cerita utama. Sejauh yang aku pedulikan, Ryuuga yang aku tahu adalah Ryuuga pada “saat damai.”


Aku bukanlah “rekan” Ryuuga, namun hanya seorang “teman”… aku tidak bisa menjadi kadal berleher jumbai yang bertarung bersamanya, namun kadal berleher jumbai yang lebih santai. Aku berencana untuk membangun pengalaman yang cukup untuk melakukannya.


Di bagian “kehidupan sehari-hari”, aku melakukan apapun yang aku bisa untuk membuatnya melupakan kekhawatirannya. Aku menyediakan momen sehari-hari yang memberikan kenyamanan dan hiburan bagi Ryuuga.


Itulah misiku sebagai Kobayashi Ichirou.


Aku yakin tidak ada orang lain selain diriku disekitar Ryuuga yang bisa mengisi peran ini selain diriku.


90 views0 comments

Recent Posts

See All

Ichirou Prologue

“huff…Jeez.” Seorang anak laki laki bernafas terenggap enggap sambil melihat mayat dari suatu monster yang telah dikalahkannya. Terdapat tempat lahan parkir kosong tidak jauh dari tempat pusat belanja

bottom of page