top of page
Rilisan Terbaru: Blog2
  • Writer's pictureKidriz1412

Chapter 19

Updated: Jan 6, 2019

Original: https://www.convallariaslibrary.com/but-god-forced-me-to-reincarnate/c19/


Penolakan



Aku samar-samar mengingat apa yang terjadi setelah keterpurukanku sebelumnya. Pikiranku telah terpenuhi dengan ingatan buruk mengenai sihir [Kegelapan]ku. Mungkin satu-satunya hal bagus adalah fakta bahwa afinitas [Kegelapan]ku itu jarang ada di dalam manusia, jadi mungkin seseorang akan terselamatkan dengan donasi selku....


Namun, aku masih ragu tentang kemungkinan selku akan dipakai atau tidak.

Aku dipaksa bereinkarnasi untuk mencari tahu sendiri, tetapi aku meragukannya. Kerahasiaan adalah kebijakan dalam hal mendonor sel.


Saat ketika pikiranku kembali, aku menyadari kalau aku telah berada di rumah.

Mungkin merasakan ada sesuatu yang salah denganku, atau aku hanya tidak bisa menyembunyikan apa yang ada di benakku, mereka yang menyambut kita dengan segera menjadi khawatir denganku.


Dan Mama—karena memang seorang mama yang baik—memutuskan untuk tidak menceritakan apa yang terjadi kepada yang lain dan menyimpannya nanti untuk didiskusikan sebagai masalah keluarga—yang berarti, satu-satunya orang yang akan tahu hasil tes itu adalah Mama, Papa, dan Kak Alt.


Setelah makan malam-dengan porsi sedikit untukku, karena aku sama sekali tidak berselera untuk makan...(menyebabkan yang lain memaharahiku karena aku sedang menjalani masa tumbuh... Mereka juga menggodaku tentang bagaimana aku akan nantinya akan tetap kecil jika aku tidak makan banyak)...Diskusi dimulai di ruangan orang tuaku.


"Jadi... alasan mengapa Lyra lesu sekarang.... benar karena hasil tes afinitasnya?" Papa bertanya, dia tidak bisa menyembunyikan kegugupannya, baik di nada bicara maupun ekspresinnya.


"Ada apa, Lyra?" Wajah Kak Alt menunjukkan kalau dia tidak tahu apa-apa.


Mama menghela nafas panjang, dan mulai berbicara.


"Lyra mempunyai afinitas kuat pada 5 elemen sihir, dan ketiganya adalah langka. Kita menjalankan tes kedua dan hasilnya tetap sama."


Hah?!


Mama menjalankan kedua apa?!


Aku bahkan tidak mengingatnya...


Apakah syok dan penolakanku sebegitu kuatnya?


Aku melirik sekilas pada Mama, dan dia membalasku dengan tersenyum kecut.


"Ah, sudah kuduga, Lyra tidak ingat? Kamu terlihat sangat tidak fokus saat itu, Lyra. Kita mencoba untuk menaruh tanganmu ke atas bola kristal dan melihat hasilnya. Saat itu, kau menolak untuk melihat bola kristal dan tatapanmu saat itu juga kosong..."


Wajah Mama berubah masam mengingat kejadian itu.


Ah... Jadi memang ada hal seperti itu.


Namun, jika mereka menjalankan tes kedua kepadaku, dan hasilnya tetap sama... Itu berarti aku memang benar-benar mempunyai afinitas terkuat dengan [Kegelapan]. Ah, ini benar benar kabar buruk bagiku, karena afinitasku sudah 100% terjamin. Nasibku telah terikat.


Aku seharusnya meminta tuhan untuk mengubah keafinitasan sihirku juga, jika aku tahu begini jadinya.... Tuhan, apakah kau benar-benar telah meninggalkanku?


Walaupun aku tidak meminta kekuatan apapun, bukankah seharusnya kau berbelas kasih dan memberiku semacam kekuatan kompensasi untuk reinkarnasi paksaku? Seperti, inilah apa yang ingin aku ubah, jika aku diberi pilihan. Atau, inikah yang kau sebut kekuatan? Maka, aku punya kata yang lebih tepat untuk ini. Sebuah kutukan.


Keluargaku sepertinya tidak mempunyai prasangka apapun ke sihir [Kegelapan]... dan Mamaku adalah Kepala dari Biro Sihir Kerajaan, jadi dia seharusnya tidak punya sama sekali... prasangka buruk kepada elemen sihir apapun, kan?


"Wah, bukankah itu luarbiasa?!" Kak Alt berseru, "lalu ada apa dengan wajah sedihmu, Lyra?"


"Aku mungkin tahu mengapa... Jadi biarkan aku untuk memberi tahu kalian semua tentang elemen Lyra," kata Mama, dan dia melirikku untuk memastikan aku siap untuk ini.


Yah... Mereka juga cepat atau lambat akan tahu. Bagaimanapun juga mereka adalah keluargaku. Menyembunyikan hal besar seperti ini tidak akan bisa.

Aku membalas tatapan mama dengan sedikit anggukan. Menerima balasanku, dia memalingkan perhatiannya ke Papa dan Kak Alt.


"Jadi, mulai dari warna pertama yang muncul dari kristal ke yang terakhir... [Kegelapan], [Es], [Kehidupan], [Cahaya], [Air]."


"Benar-benar tiga elemen langka." Papa menaruh tangan kanannya ke dagunya

"Dan tebakanku adalah... Lyra, benarkan jika Mama salah," kata Mama


sementara dia melihatku dengan tegas, "kamu merasa terganggu dengan fakta bahwa kamu mempunyai afinitas [Kegelapan], benar?"


Aku menelan ludah, dan lalu mengangguk sepenuh hati.


"Kenapa?" Kak Alt memiringkan kepalanya.


"...Kegelapan... Hampir selalu buruk... Kan?" Aku bicara dengan ragu-ragu. Aku tidak bisa menceritakan secara detail tentang apa yang diriku dulu alami—prasangka dan penilaian buruk yang aku dapatkan hanya karena aku mempunyai afinitas dengan [Kegelapan].


"Yah, di kebanyakan cerita, akan ada hal seperti cahaya melawan kegelapan, dan kegelapan biasanya digambarkan sebagai hal yang perlu dikalahkan...," Papa menganguk menandakan dia mengerti.


"Namun juga," dia lalu bergerak mendekatiku dan melihat mataku.


"Kegelapan tidak selalu jahat. Dunia selalu membutuhkan keseimbangan. Untuk cahaya agar bisa bersinar, kau perlu kegelapan. Untuk kamu harus bisa mengerti kesedihan sebelum kau bisa merasa bersyukur atas kebahagiaanmu. Selain itu, bintang-bintang bisa berkelip dan bercahaya indah di langit malam, kan?" Kaya Papa, dengan nada yang sangat lembut.


"Ya, selain itu, untuk mendapatkan prasangka semacam itu untuk sesuatu seperti ini itu sangatlah konyol. Afinitas sihir itu seperti bakat bawaan. Persetan dengan pengguna [Kegelapan] dicap sebagai orang yang mempunyai kegelapan yang mendalam di hati mereka. Aku tidak pernah mendiskriminasikan sihir. Semua elemen sihir adalah unik dan luar biasa," kata Mama.


"Kau tahu Lyra, aku pikir sihirku, [Void] yang mempunyai banyak misteri dan dikenal sebagai sihir yang bisa menghapus berbagai macam hal... Terlihat seperti sesuatu yang lebih berbahaya dan buruk daripada [Kegelapan]mu, kan?" Kak Alt bertanya.


"Um, alt, aku pikir —," Mama mencoba untuk menyela, mungkin ingin untuk menghibur kak Alt. Namun sebelum dia selesai berbicara, kak Alt melambaikan tangannya sedikit dan segera meluruskan kesalahpahaman Mama.


"Tidak, Mama, aku bukannya membenci elemenku. Malahan, aku sangat menyukainya. Misterinya menantang! Beberapa orang yang mengetahui elemen terkuatku—[Void]—kadang-kadang akan takut padaku, tapi hei, aku tidak ingin menghabiskan waktuku memikirkan pemikiran orang lain mengenaiku. Aku adalah aku, dan afinitas sihirku adalah bagian dari siapa diriku. Terima atau tinggalkan," kata Alt, santai.


Sebenarnya, aku mengerti apa yang dikatakannya, namun... Aku tetap tidak bisa menghiraukan bagaimana orang lain melihatku. Aku ingin disukai. Aku tidak ingin dibenci. Aku tidak ingin ditakuti. Aku hanya ingin untuk diterima. Bukankah itu normal?


"Tapi... orang-orang akan menilaiku dari elemen [Kegelapan]ku.... Juga, elemen itu sangatlah berlawanan dengan sihir [Cahaya] Mama, walaupun aku juga punya... dan tidak ada dari keluarga kita yang punya [Kegelapan], kan? Jadi..."

"Lalu, kenapa juga peduli? Orang-orang seperti itu juga tidak layak diberi waktu dan pikiranmu. Orang yang menilai sebelum mengenalmu dan memutuskan untuk mengandalkan persepsi mereka padamu, mereka tidak layak untuk menjadi temanmu," kata Kak Alt.


Altaire sepertinya juga mempunyai pengalaman dengan orang-orang yang menilai dirinya dari sihir [Void]nya. Namun, dia sepertinya tidak mempermasalahkan mereka sama sekali... Dia percaya diri dan menjujung prinsipnya sendiri, tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain. Intinya, dia itu kuat.


"Yah... Itu juga benar, bahkan aku heran darimana kamu mewarisi afinitas [Kegelapan] tersebut. Tentunya, itu bukanlah sesuatu yang diwarisi," kata Papa, mengakui poinku.


"Afinitas sihir bisa diwarisi, selain juga merupakan suatu bawaan - sesuatu yang unik pada diri setiap orang, jadi aku tidak melihat alasan mengapa tidak. Itu pasti bakat bawaan Lyra," Mama menjelaskan.


"Iya, dan... Aku juga mendengar kasus dimana salah satu anggota keluarga Hartmann yang tidak mempunyai heterokromia sama sekali. Beberapa dari mereka masih mempunyai kemampuan mereka untuk berubah atau membuat ilusi, namun juga ada beberapa yang tidak berbakat dengan kemampuan tersebut. Tes darah dan DNA membuktikan kalau mereka benar-benar berasal dari keturunan Hartmann. Mereka memutuskan kalau itu hanyalah sesuatu dari sel resesif, atau sesuatu yang mirip dengan itu. Mungkin keafinitasan sihirmu mirip dengan itu?" Papa mencoba menambahkan teori pendukung.


"Jadi, jangan terlalu khawatir akan hal itu, oke?" Papa menepuk kepalaku.


"Yah, Lyra sebenarnya butuh untuk melatih sihir [Kegelapan]mu sebagai sihir yang Lyra punya afinitas paling tertinggi, karena menguasainya akan sangat meningkatkan kekuatanmu dengan elemen lain, namun... Mama tidak akan memaksakannya jika Lyra memang tidak mau," Mama tersenyum masam.


Jauh di lubuk hatinya, dia pasti ingin aku untuk meningkatkan keahlian sihirku ke kekuatan maksimal. Mungkin, dia bahkan ingin bagiku untuk mengikuti jejaknya.


"Namun, alangkah baiknya jika suatu hari kamu bisa menerima dan melatihnya juga, untuk kebaikanmu sendiri," bisik Mama.


Semuanya mencoba cara terbaik mereka untuk menghiburku dan menyarankan untukku menerima dan tidak mempermasalahkan elemen [Kegelapan]ku. Namun, perasaanku masih campur aduk tentang hal itu. Aku bahkan ragu apakah mereka benar-benar tidak mempermasalahkan elemen [Kegelapan]ku. Aku takut mereka kalau mereka hanya mengatakan semua itu hanya untuk menghiburku saja, sementara jauh di dalam hati mereka tidak suka dengan fakta aku nempunyai afinitas dengan sihir [Kegelapan].


Malam itu, aku mempunyai kesulitan untuk tidur.


Pikiranku kesana kemari, memikirkan berbagai hal - kebanyakan tentang hal negatif.


Yah, bertahun-tahun mendengar gosip tentang dirimu mungkin membuatku menjadi sangat takut dengan afinitas [Kegelapan]ku, dan itu tidak akan mudah terhapus dari pikiranku... Mungkin.


Di tengah malam, aku memutuskan untuk pergi ke toilet dan mungkin keliling re rumah sebentar untuk mengosongkan pikiranku.


Ketika aku melewati ruangan orangtuaku, aku bisa melihat pintu ruangan mereka tidak tertutup rapat, dan aku bisa mendengar percakapan mereka.


"Lyra sepertinya sangat terganggu karenanya." -suara Mama.


"Yah, aku juga tidak tahu kenapa dia mempunyai ketakutan berlebih seperti itu tentang mempunyai elemen [Kegelapan]...," Jawab Papa.


"Fakta bahwa bagian keluargaku pernah berhubungan dengan elf namun tidak dengan oni satupun mungkin membuat ketakutannya memburuk..." Mama menghela nafas.


"Apakah dari sisi ibuku? Toh tidak ada yang tahu asal usulnya.... Bahkan walaupun aku yakin nilai keafinitasan kita dengan [Kegelapan] itu hampir nol."


"Jika... Jika teori kalau afinitas [Kegelapan] disebabkan oleh masa lalu yang menyakitkan.... Maka, apakah ini salahku? Dulu ketika Lyra baru saja lahir, dia lahir prematur dan harus menghabiskan waktunya sendiri di dalam ruangan rumah sakit untuk memastikan dia cukup kuat untuk keluar dari inkubasi... Aku yakin dia merasakan kesakitan dalam pengobatan atau tes medis yang dia terima... Apakah itu bisa mempengaruhi keafinitasannya? Apa yang harus aku lakukan..." Suara Mama mulai bergetar.


"Hei, tenanglah. Bagaimana mungkin? Dia bahkan tidak akan bisa mengingatnya," Papa mencoba menenangkan Mama.


"Yah, benar, namun semua tersimpan dalam pikiran alam sadar kita bahkan ketika kamu tidak bisa mengingatnya, dan alam sadarmu memainkan peran besar dalam menentukan afinitas sihirmu, kan?"


"Lalu, aku pun juga terhitung salah dalam hal ini. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan saat itu, dan aku tidak bisa dengan cepat ke sisi kalian berdua saat itu, bahkan ketika aku sangat khawatir ketika kamu melahirkan prematur," Kata Papa dengan masam.


"Tidak, itu-"


Aku tidak kuat meneruskan mendengar percakapan mereka, jadi aku meninggalkan ruangan mereka.


...daripada mengkhawatirkan fakta bahwa aku mempunyai elemen [Kegelapan] yang mungkin adalah keabnormallitasan melihat garis keturunanku dan itu mungkin akan menyebabkan pandangan buruk pada seluruh keluargaku, mereka malah sangatlah khawatir akan penolakan dan reaksiku pada afinitas [Kegelapan]. Mereka bahkan sampai-sampai menyalahkan diri mereka.

Aku merasa ingin menangis. Malah, air mata sudah menumpuk dimataku, membuat pandanganku menjadi buram.


Aku tidak ingat melakukan sesuatu yang patut dipuji ataupun sangat hebat dalam 4 tahun kehidupanku ini sebagai Lyra, namun tetap saja, mereka tetap mencintaiku apa adanya.


Aku benar-benar telah diberkati dan aku baru saja mencoba untuk meragukan ketulusan mereka?


Sepertinya aku punya banyak PR tentang kepercayaan dan cinta.


Pada akhirnya, aku bisa (dengan menangis) tidur. Sudah lama sejak aku terakhir menangis sampai tidur. Aku tidak menangisi keafinitasanku. Aku menangis karena aku membenci diriku sendiri.


Bagaimana bisa aku tidak mempercayai keluargaku sendiri yang selalu memberiku cinta?


Bagaimana bisa aku masih dihantui oleh masa laluku?


Kenapa aku tidak bisa lebih kuat?


Apa yang bisa aku lakukan untuk membayar keluargaku akan cinta mereka?

Itulah pemikiran yang berputar dalam kepalaku, sampai kegelapan tidur memakanku.


Besoknya, saat sarapan...


"Lyra, apa kau masih terganggu karenanya?" Kata Mama, khawatir.


"Sedikit...," Aku tidak berbohong dan berkata tidak terganggu. Namun, percakapan orangtuaku yang aku curi dengar kemarin membantuku meringankan pikiranku tentang itu. Juga, aku tidak bisa terus membuat orangtuaku merasa bersalah dengan meneruskan reaksiku kemarin. Setidaknya, aku tidak ingin mereka terganggu dengan masalahku.


"Kau tahu... Tidak apa apa untuk tidak melatih sihir [Kegelapan]. Juga tidak apa-apa untuk menyembunyikannya seperti apa yang Altaire coba lakukan di sekolah. Namun, jika orang lain tahu dan Lyra mendapatkan kritik buruk karenanya... Tolong, tidak usah pedulikan mereka. Dan... Jika kamu sudah merasa tidak apa-apa dengannya, dan ingin untuk melatihnya... Mama akan senang untuk membantumu kapanpun," kata Mama


"Ya, jika kamu diganggu orang lain karenanya - atau karena apapun, panggilah aku dan aku akan memberi mereka pelajaran!" Kak Alat memukulkan kepalannya ke udara.


Aku mengangguk.


Terima kasih... Mama, Papa, Kak Alt."


Aku tidak tahu kapan aku bisa menerima afinitas [Kegelapan]ku, namun aku akan mencoba.


Keluargaku, terutama Mama akan lebih senang jika aku berkeinginan untuk mempelajari sihir [Kegelapan] untuk meningkatkan keselurahan kekuatanku.

Aku hanya berharap aku benar-benar bisa mempercayai keluargaku dan berhenti mempunyai keraguan sedikitpun pada mereka. Akan sangat tidak sopan bagiku untuk membalas cinta mereka dengan keraguaan.


Butuh berapa lama bagiku untuk benar benar sembuh, ya?


Aku ingin cepat menjadi lebih kuat dan menjawab harapan mereka.


16 views0 comments

Recent Posts

See All

Chapter 20.5

Original: https://www.convallariaslibrary.com/but-god-forced-me-to-reincarnate/c20-5/ Bagian Orang Dewasa Ketika Lyra sedang pergi ke Capicastle dengan Cyan, Cassie sedang menikmati hari liburnya... D

Chapter 20

Original: http://www.convallariaslibrary.com/but-god-forced-me-to-reincarnate/c20/ Keluarga Raja Beberapa hari berikutnya terisi dengan ibu mengenalkanku akan studiku. Sesuai dengan apa yang dia katak

Chapter 18

Sihirku Mama membuka pintu yang menuju ke "Ruang Tes" Didalam, terdapat berbagai macam peralatan untuk mengecek sihir, dan juga beberapa provik, suatu alat pemrogaman yang digunakan untuk merekam dan

bottom of page